Doha Transfer

Setelah penerbangan selama kurang lebih tujuh jam dari Bandara Soekarno-Hatta, sekarang saya transit di Doha untuk menunggu penerbangan berikutnya.
Tidak ada yang spesial dengan bandara di Qatar ini, biasa saja kurang lebih Soetta. Saya mendarat pada pukul 4 pagi pada waktu setempat dan penerbangan selanjutnya take off pada pukul 06.45.
Jadilah akhirnya saya hanya duduk-duduk saja sembari menunggu waktu berlalu.
Ah, tadi waktu di Jakarta saya terpaksa bongkar koper. Jadi ceritanya, baranf bawaan saya di cabin ada dua: ransel dan koper yang biasanya memang saya masukkan cabin. Tiap cabin luggage harus ada tagnya, dan untuk mendapatkan tag tersebut saya pun menghadap mba2 officernya. Pengalaman saya sih, cabin luggagw tidak kena timbang, eh yang ini kena. Mba nya dengan rajin menimbang dan ketika angka timbangan menunjukkan 10 kg lebih sedikit, mba nya bilang allowance hanya 7kg saja. Belum cukup, mba nya menuntun saya ke pengukuran dimensi barang cabin. Dan ternyataaa, koper saya itu tidak bisa masuk karena terhalang rodanya. Duh, sekarang sudah beratnya berlebih, kopernya pun tidak bisa masuk cabin. Alhasil, saya purchased kantong belanja di bandara dan memindahkan barang2 di koper itu ke dalam.tas belanja. Tidak semua muat, akhirnya ada yang harus dikorbankan u tuk tidak dibawa. Setelah ditimbang ulang, beratnya tidak sampai 5 kg. Sepertinya yang bikin berat itu kopernya hahaha.
Pas menujur ruang tunggu, saya melihat beberapa orang dengan koper yang saya yakin juga tidak memenuhi dimensi kabin, alias kebesaran seperti case punya saya. Tapi perhaps they get lucky while I being unfortunate, a little bit.
No problem lah, over all semua lancar. Semoga di imigrasi London nanti juga lancar.

Reading Prayers (Bacaan Salat)

Figure out I need to jot it down what reading prayers are and their meaning so I can take a quick look in case I forget them. I learnt these when I was in Quran school (it’s not actually school really, just additional courses I took on the evening somewhere near my house when I was a kid). There are some version different from the ones I learnt from school (my actual elementary school). I just write down what I usually read, mostly it is the same prayer with Muhammadiyah.

Iftitah Prayer
 اَللّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَاياَيَ كَمَا باَعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
 اَللّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَاياَ كَماَ يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ
 اَللّهُمَّ اغْسِلْ خَطَاياَيَ باِلْماَءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

It means:

“O Allah! Set me apart from my sins (faults) as the East and West are set apart from each other and clean me from sins as a white garment is cleaned of dirt (after thorough washing). O Allah! Wash off my sins with water, snow and hail”.

In Bahasa Indonesia, it means:

“Ya Allah, jauhkanlah antara diriku dan di antara kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan sebagaimana dibersihkannya kain putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun”.

Al-Fatihah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُا  ، هْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

It means:

“In the name of Allah, the Beneficent, the Merciful.  Praise be to Allah, the Cherisher and Sustainer of the Worlds. Most Gracious, Most Merciful. Master of the, Day of Judgment. Thee do we worship, and Thine aid we seek. Show us the straightway. The way of those on whom Thou hast bestowed Thy Grace, Those whose (portion) is not wrath and who go not astray”.

In Bahasa Indonesia:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.

Ruku’ and Sudjood/Sujud Prayer

سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ رَبَّناَ وَبِحَمْدِكَ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِى
It means:
“Glory be to you, oh our Lord, and all praise be to you. Oh Allah, forgive me.” 
In Bahasa Indonesia, it means:
“Segala puji bagi-Mu, Ya Allah Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu ya Allah ampunilah aku”
Qauma (I’tidal) Prayer
After saying,  سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ (Verily, Allah listens to one who praises Him/
Allah mendengar orang yang memujinya), say:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
It means:
“O Lord, to Thee all the praises”
In Bahasa Indonesia, it means:
Ya Allah, bagi-Mu lah segala puji
Qu’ud (Between Two  Sujud Prayer)  
رَبِّ اغْفِرْ لِي ،  وَارْحَمْنِي ،  وَاجْبُرْنِي ، وَارْفَعْنِي ، وَعَافِنِي ، وَارْزُقْنِي
 
It means:
“O Allah! Forgive me, have mercy on me, grant me higher grade, provide me with sustenance, and show me guidance”.
In Bahasa Indonesia, it means:
“Ya Allah! Ampunilah aku, kasihilah aku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki dan tunjukkanlah aku”.
Tashahhud
اَلتَّحِيَّاتُ لِلّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّباَتُ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهاَ النَّبِيُّ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْناَ وَعَلَى عِباَدِاللهِ الصَّالِحِيْنَ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
It means:

“All greetings, blessings and good acts are from You, my Lord. Greetings to you, O Prophet, and the mercy and blessings of Allah. Peace be unto us, and unto the righteous servants of Allah. I bear witness that there is none worthy of worship except Allah. And I bear witness that Muhammad is His servant and messenger”.

In Bahasa Indonesia, it means:
“Segala kehormatan, kebahagiaan dan kebagusan adalah kepunyaan Allah, Semoga keselamatan bagi Engkau, ya Nabi Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan Allah. Mudah-mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan hamba-hamba Allah yang baik-baik. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba Allah dan utusan-Nya.”
Salawat 
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَالِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَالِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَالِ إِبْرَاهِيْمَ. إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
It means:
“O Allah, bless our Muhammad and the people of Muhammad; As you have blessed Abraham and the people of Abraham. Surely you are the Praiseworthy, the Glorious. O Allah, be gracious unto Muhammad and the people of Muhammad; As you were gracious unto Abraham and the people of Abraham. Surely you are the Praiseworthy, the Glorious”.
In Bahasa Indonesia:
“Ya Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Kau telah limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya, berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Kau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau yang Maha Terpuji dan Maha Mulia”.
Prayer after Tashahhud
اَللّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ,  وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ,
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْياَ وَالْمَمَاتِ, وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
It means:
“O Allah, I seek refuge in You from the punishment of the grave, and from the punishment of Hell-fire, and from the trials of life and death, and from the evil of the trial of the False Messiah”.
In Bahasa Indonesia, it means:
“Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari siksa jahannam dan siksa kubur, begitu juga dari fitnah hidup dan mati, serta dari jahatnya fitnah dajjal (pengembara yang dusta)”.

Reimbursement??

It is a bit messy after finishing Leadership Program by LPDP. By the end of the program, we the grantees still had not have any idea as how much we would get from LPDP. Honestly I, and others too I believe, expected some thing better than this. It turned out we get the same amount as DIKTI scholars. I do not mean anything bad, but even based on the living cost estimated by university where I will enroll to, it’s not sufficient.

But, thinking positively, since it is the minimum standard required by the UK embassy (if the amount is less that that, we could not get the visa to study), I believe it could work with just that much. So it is alright. I am actually grateful enough to get scholarship to finance my study, cause otherwise I would not be able to go at all.

The thing that bothers me the most is we will be using reimbursement, for required medical check-up, visa, and even the flight. I am looking for scholarship because I could not support the finance. But they’re telling me to pay it first, and they will reimburse it later. What if I do not have that money? Am I supposed to take a loan or something? Why can’t they pay in advance? It just does not make any sense. Well, I hope they will fix this problem. I do not understand bureaucracy, but is ours this inflexible?

Evaluasi Hari Ini

Hari ini tidak ada materi, yang ada yaitu presentasi mengenai harapan peserta akan LPDP ke depannya dan juga outbound. Presentasi akan dinilai oleh direksi-direksi LPDP. Sempat salah seorang direksi menyayangkan mengapa  presentasi tidak seperti yang beliau harapkan. Terlalu standar, padahal sudah ada materi mengenai presentasi. Nah memang saya pun mengakui hal tersebut. Presentasi masih kurang maksimal dipersiapkan, saya rasa karena waktunya yang agak mepet. Bukan excuse atau pembenaran, memang seharusya presentasi itu bisa lebih baik lagi. Hanya saja, sering kali dalam.situasi yang mendesak, kita pada umumnya melakukan yang biasa kita lakukan. Namun, bagi saya sendiri, ada suatu masukan dan ilmu baru tentang presentasi yang bermanfaat dan pasti akan saya gunakan.
Lanjut pada acara selanjutnya, outbound. Tujuan dari acara ini salah satunya adalah untuk mempercepat proses pengenalan antar sesama peserta, begitu yang saya dengar dari panitia. Sayangnya, outbound tersebut tidak efektif, menurut pendapat saya. Mengapa? Sebagai orang yang beberapa kali mengikuti outbound, saya agak kecewa dengan acara yang dinamakan outbound ini. Bagi saya, itu hanyalah kumpulan permainan saja. Ada lima permainan dan di pos manapun peserta berada, empat pos lainnya terlihat dengan jelas. Jaraknya begitu pendek, padahal jarak pos yang panjang dapat mempererat kebersamaan sesama peserta dalam grup. Kemudian dari 10 kelompok, akan ditandingkan 2 kelompok di tiap pos. Sayangnya, lawan kelompok akan terus sama di tiap-tiap pos. Hal ini sungguh aneh mengingat tujuan yang dinyatakan oleh panitia. Seharusnya, dan memang lazimnya, kelompok yang berhadapan di tiap pos berbeda sehingga peserta dapat berinteraksi dengan lebih banyak orang dan tentu juga lebih banyak mengenal orang baru. Macam permainannya sendiri cukup bagus, membutuhkan kerja sama dan kepemimpinan di dalam kelompok. Secara keseluruhan, acara outbound tersebut ternyata berada di bawah ekspektasi saya. Tetapi tetap ada hal positif dan hikmah yang dapat diambil dari acara hari ini. Semoga ini jadi masukan bagi kita semua untuk dapat meningkatkan performa menjadi lebih baik lagi.

Building a Strong Personal Brand

Materi kali ini disampaikan oleh Ibu Amalia E. Maulana, seorang brand consultant dan direktur utama dari ETNOMARK consulting. Ibu Amalia adalah orang yang pertama kali memperkenalkan etnography di Indonesia untuk digunakan untuk branding. Etnography sendiri merupakan suatu pendekatan kontemporer yang ditinjau dari antropologi budaya.
Pada kesempatan kali ini Ibu Amalia akan berbicara mengenai personal branding. Branding tidak hanya untuk perusahaan tetapi juga untuk individu karena personal branding merupakan suatu investasi untuk masa depan.
Ada beberapa mispersepsi yang terjadi di masyarakat sehubungan dengan personal brand. Pertama, personal brand dianggap perlu untuk selebriti dan tokoh-tokoh terkenal, sementara masyarakat biasa tidak memerlukannya. Kedua, personal branding diasosiasikan pada pencitraan yang negatif. Kemudian yang terakhir adalah personal branding menjadikan kita sebagai orang lain.
Brand itu diperlukan bukan hanya untuk selebriti atau tokoh terkenal, tetapi juga individu. Brand bagi individu kita perlukan untuk memudahkan kita menjadi cemerlang di antara audience yang kita pilih sendiri. Maka dari itu, kita perlu menentukan audience kita sendiri.
Berbicara tentang brand, ada beberapa indikasi yang menentukan tingkat kekuatan suatu brand. Yang pertama adalah dikenal, kemudian dimengerti, lalu dibeli atau dipilih, dan selanjutnya dibeli kembali (customer loyalty). Tingkat yang lebih tinggi dari suatu brand yang kuat adalah apabila brand tersebut memiliki brand ambassador, yakni orang-orang yang menjelaskan, mendukung dan merekomendasikan brand tersebut kepada orang lain dengan sukarela. Kemudian tingkat yang lebih tinggi adalah brand advocat, yakni adanya pihak yang membela kita dan brand kita ketika terjadi suatu kesalahan. Contoh yang dapat diberikan dalam hal ini adalah Jokowi. Media begitu sering memberitakan kinerja Jokowi dan hal-hal yang positif mengenai beliau. Jika ditinjau dari Brand Equity Pyramid, segala tingkatan mulai dari identity (seberapa kenal), meaning (seberapa paham), response (bagaimana interaksi), sampai relationship (seberapa baik hubungan), bernilai tinggi. Hal ini terjadi salah satunya karena Jokowi memiliki personal advocat yang banyak yang akan membela apabila media memberitakan hal negatif tentang Jokowi sehingga media pun juga terdorong untuk memberitakan pada umumnya yang positif saja. Nah, hal ini menggambarkan betapa berperannya personal branding yang kuat bagi seseorang.
Kita sebagai generasi penerus bangsa, calon pemimpin Indonesia, juga harus memiliki personal branding karena investasi ini akan berbuah di masa depan. Ingat untuk dapat memiliki brand yang sukses harus bersifat relevan, terus konsisten, dan berbeda (otentik, asli, dan satu-satunya). Maka bangunlah personal branding kita sekarang juga.

-bersambung-

Fungsi Media Sosial

Sejak mengikuti pengayaan LPDP, saya jadi memiliki akun twitter dan juga blog. Bukan apa-apa, kedua hal ini merupakan tugas yang diberikan oleh LPDP sehingga mau tidak mau jadi punya.
Saya punya akun linkedin dan facebook tetapi tidak terlalu aktif. Nah, di LPDP ini peserta ditugaskan untuk menulis blog setiap hari dan juga melakukan tweet untuk setiap sesi materi. Secara tidak langsung, peserta diharapkan untuk aktif di dalam media sosial.
Dari materi yang disampaikan oleh Yunus Bani, peserta diingatkan kembali akan peran media sosial di masa sekarang. Media sosial layaknya pisau, dapat digunakan untuk mengiris atau membunuh. Begitu juga dengan media sosial, bisa diperuntukkan ke hal yang positif atau negatif.
Media sosial dapat dijadikan alat branding bagi penggunanya, juga berfungsi sebagai alat untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang merupakan hal krusial bagi kemajuan bangsa ini. Semakin cerdas masyarakat suatu bangsa, maka akan semakin maju bangsa tersebut.

Adaptasi Budaya

Hari ini materi disampaikan oleh dua narasumber di sesi yang berbeda, Dr. Iried Agoes yang memberikan penjelasan secara teoritis mengenai belajar hidup dan beradaptasi budaya, dan Ibu Della, seorang ekonom yang akan berbagi pengalamannya hidup di luar negeri bersama keluarga beliau ketika menempuh studi doktor dengan suaminya.

Dr. Irid Agoes menjelaskan bawhwa kunci kesuksesan beradaptasi dengan budaya ada tiga , yang pertama adalah timbulnya perasaan nyaman, kemudia terjalinnya hubungan yang baik, dan yang ketiga kesesuaian dengan tujuan (efektif). Masih banyak lagi yang dijelaskan oleh narasumber yang pertama ini, tetapi karena teoritis, saya kurang begitu berminat membahasnya.

Narasumber kedua, yakni Ibu Della, memberikan gambaran konkret tentang hidup di luar negeri. Beliau mendapatkan beasiswa doktor ke Australia dan memboyong keluarganya untuk tinggal di sana. Bagaimana Ibu Della membagi waktu untuk mengurus suami, mengurus anaknya yang masih kecil, melakukan riset, bukanlah hal yang mudah. Ditambah lagi ketika tengah masa studi, Ibu Della melahirkan anak kedua. Kejadian ini melipatgandakan tantangan yang sebelumnya sudah luar biasa. Namun, Ibu Della mampu menyelesaikan studinya dan mampu mendapatkan gelar Ph.D. Sungguh luar biasa, apabila kita memang memiliki kemauan yang tekad yang kuat, tidak ada yang tidak mungkin. Semua itu tergantung seberapa besar kekuatan pikiran kita. We are what we think!

MEMBANGUN KAPASITAS DAN KARAKTER PEMIMPIN BANGSA DI MASA DATANG

Narasumber: Imam B. Prasodjo

Salah satu masalah akut yang sedang dihadapi bangsa ini adalah krisis kepercayaan. Pejabat-pejabat yang memimpin bidang strategis mengalami defisit kepercayaan dari publik. Adanya devaluasi kepercayaan ini perlu segera dicarikan jalan keluarnya karena dapat menjerumuskan bangsa kita  pada keterpurukan. Apabila tidak ada kepercayaan dari rakyat kepada pemimpinnya , apapun usaha dan kebijakan yang diambil oleh pemimpin akan disangsikan bahkan dicurigai oleh rakyatnya. Rakyat tidak akan mendengarkan dan mematuhi orang yang tidak mereka percaya.  Sungguh memprihatinkan kondisi yang tengah dialami oleh bangsa kita.

Seorang pemimpin seharusnya memiliki kemampuan untuk menggerakkan orang lain untuk turut serta melakukan suatu kegiatan yang terencana yang dilakukan dengan motivasi dan tanpa adanya paksaan [1]. Orang yang menduduki jabatan strategis tetapi tidak memiliki kemampuan untuk menggerakkan warganya apalagi sampai diragukan dan disangsikan integritasnya tidak layak disebut sebagai pemimpin.

Kepemimpinan tidak dapat diperoleh hanya dengan berhasil menduduki bangku strategis atau sekadar memiliki bawahan. Kepemimpinan menurut Warren Bennis merupakan suatu kapasitas untuk mengubah visi menjadi sebuah realita [2].

Pemimpin adalah orang seperti Abraham Lincoln yang berhasilkan menghilangkan perbudakan di Amerika Serikat [3] atau layaknya William Wallace, pemimpin revolusioner yang mengantarkan Skotlandia pada kemenangan dalam perang mayor melawan Inggris di tahun 1297 [4]. Sosok Abraham Lincoln dikenang warga Amerika Serikat sebagai salah satu presiden terbaik sepanjang masa. Begitu pula dengan William Wallace, namanya sudah sangat akrab di telinga setiap rakyat Skotlandia. Itu adalah pemimpin dunia yang jasanya akan selalu diingat oleh warganya. Dii Indonesia kita mempunyai Soekarno dan Hatta yang namanya tidak akan pernah dilupakan karena telah berhasil mengantarkan bangsa ini meraih kemerdekaan.  

Sosok pemimpin yang ideal tidak hanya ditinjau dari kapasitasnya untuk memimpin, tetapi ditentukan dari karakter. Karakter inilah yang akan menentukan arah keputusan dan kebijakan yang akan diambil oleh seorang pemimpin. Bangsa Indonesia memiliki banyak orang yang berkapasitas sebagai pemimpin, tetapi tidak berkarakter pemimpin. Lihat saja dari betapa banyaknya petinggi pemerintahan yang berhasil dijerat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Kita sebagai generasi muda, calon pemimpin masa depan bangsa Indonesia, haruslah menanamkan empati dan kepedulian terhadap rakyat kecil  agar keberadaan mereka tidak dilindas oleh orang-orang besar negeri ini. Kita harus menanamkan sifat adil, jujur, dan tanggung jawab ke dalam diri kita agar terbentuk identitas dan karakter yang kuat dan tidak mudah goyah. Kalau bukan kita, siapa lagi.

 Image

[1] Prasodjo, I. Membangun Kapasitas dan Karakter Pemimpin Bangsa di Masa Datang. Seminar LPDP, 28 Juni 2013

[2] Kevin,C. 2013. What is Leadership? (diakses online 28-06-2013, URL: http://www.forbes.com/sites/kevinkruse/2013/04/09/what-is-leadership/)

[3] Thefamouspeople. Abraham Lincoln. (Diakses online 29-06-2013, URL: http://www.thefamouspeople.com/profiles/abraham-lincoln-7.php)

[4] Thefamouspeople. William Wallace. (Diakses online 29-06-2013, URL: http://www.thefamouspeople.com/profiles/william-wallace-203.php)

 

|BATAS|

images
Film yang mengangkat tema nasionalisme ini menceritakan tentang kehidupan warga Dayak yang tinggal di daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan Malaysia. Film ini membuka mata penontonnya bahwa masih ada, dan sebenarnya masih banyak, masyarakat Indonesia yang kehidupannya begitu memprihatinkan. Laju pertumbuhan di kota-kota besar di Indonesia khususnya Pulau Jawa tidak diiringi dengan pembangunan di daerah luar Pulau Jawa.

Melalui film Batas, Marcella Zalianty selaku produser dan pemeran utama, berusaha memperlihatkan semangat nasionalisme, yang ternyata malah datang dari warga daerah tertinggal. Diceritakan pada film tersebut, suku Dayak yang hidup berdampingan tetapi terpisah oleh batas negara Indonesia dan Malaysia. Walaupun bertetangga dan bersuku sama, tetapi kehidupan dan tingkat kesejahteraan mereka sungguh berbeda. Tentu sudah dapat ditebak penduduk suku Dayak negara mana yang memiliki kesejahteraan lebih baik. Tidak heran apabila mereka (penduduk suku Dayak Indonesia) yang tinggal di daerah perbatasan inggih melintasi batas negara dan hidup di Malaysia. Namun pada kenyataannya, menurut Marcella, warga Dayak Indonesia masih tetap bertahan hidup di wilayah NKRI walaupun dengan taraf hidup yang sangat memprihatinkan. Mereka saja yang hidupnya seperti itu masih memiliki nasionalisme, apalagi kita yang hidup dikelilingi oleh kemudahan yang disediakan negara.  Harusnya kita memiliki semangat nasionalisme yang lebih tinggi dan memili semangat untuk memajukan daerah-daerah di Indonesia.

Masa Depan Pemberantasan Korupsi di Indonesia dan Pelatihan Pencegahan Korupsi

Korupsi merupakan suatu momok mengerikan yang sedang berusaha diberantas oleh bangsa kita. Mengerikan karena praktiknya yang sudah menyebar luas mulai dari anak kecil yang belum mengerti banyak tentang kehidupan hingga pejabat-pejabat pemerintah dan elit negara yang berpendidikan. Korupsi seperti sudah mengakar dan mendarah daging dalam diri bangsa ini sehingga kadang dipandang sebagai suatu hal yang wajar dan memang sudah sepatutnya dilakukan.

Mengapa terjadi korupsi? Donald R. Cressey [1] berpendapat bahwa penggelapan/kecurangan dapat terjadi karena 3 hal, yakni adanya kesempatan, terdapat insentive atau tekanan, dan adanya rasionalisasi atau perilaku dari orang yang bersangkutan.

Salah satu narasumber, Erry Rianna, mengatakan bahwa  terdapat 2 jenis korupsi. Pertama, korupsi yang dilakukan karena kebutuhan, biasanya dilakukan dalam keadaan terpaksa baik dan yang kedua adalah korupsi yang dilakukan atas dasar keserakahan atau dinamakan grand corruption.

Indonesia menanggapi masalah korupsi ini dengan membentuk suatu komisi khusus yang dinamakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Telah banyak pejabat parlemen, gubernur, dan elit negara yang berhasil dijerat oleh KPK. Bahkan, sejak awal didirikan hingga sekarang, komisi yang baru berusia 10 tahun ini berhasil memiliki conviction rate 100%.

KPK merupakan lembaga yang bertanggung jawab untuk melakukan penindakan secara hukum dalam kasus korupsi. Namun, untuk menghilangkan korupsi dari bangsa ini, tidak hanya diperlukan penindakan hukum, tetapi juga upaya pencegahan korupsi.  Terdapat berbagai macam cara yang dapat dilakukan sebagai usaha pencegahan korupsi. Salah satunya adalah pembenahan sistem di Indonesia. Contoh yang lain adalah seperti yang dilakukan oleh Ine Febrianti. Sebagai seorang sutradara, Ine mengkampanyekan anti korupsi melalui media yang kuasai, yaitu perfilman. Lewat salah satu film pendeknya, Selamat Siang,Risa! (http://www.youtube.com/watch?v=GKOdvrBoHvc) yang merupakan bagian dari seri Kita vs. Korupsi, Ine Febrianti mencoba menunjukkan seperti apa integritas yang dibutuhkan bangsa ini.

 

[1] Donald R Cressey dalam Erry Rianna. Masa Depan Pemberantasan Korupsi di Indonesia dan Pelatihan Pencegahan Korupsi. Pusdiklat Insan Cita. (Depok, 27 Juni 2013)